A.
Pengantar
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Taufik Ashar ( 2008) yang berjudul ‘’analisis pola asuh makan dan status
gizi pada bayi di kelurahan pb selayang medan’’ Tidak ada bayi yang mendapat
Inisiasi Menyusui Dini (langsung disusui) begitu lahir, masih ada bayi yang
disusui setelah 4 hari lahir yaitu 5%, tidak semua bayi mendapat frekuensi
pemberian ASI secara on demand yaitu 10% bayi usia 0-6 bulan dan 20% bayi usia
7-12 bulan, 80% bayi menyusu dengan waktu ≥ 15 menit dan 20% bayi menyusu
dengan waktu < 15 menit, hanya 1% bayi yang mendapat ASI eksklusif, terdapat
10% bayi yang mendapat MPASI begitu lahir, jenis MPASI yang paling dikonsumsi
bayi adalah MPASI non komersial sedangkan jenis MPASI yang paling sedikit
dikonsumsi bayi adalah susu formula, terdapat 5% bayi berstatus gizi buruk dan
75% bayi berstatus gizi baik berdasarkan berat badan, terdapat 25% bayi
berstatus gizi pendek dan 75% bayi berstatus gizi normal berdasarkan panjang
badan (Ashar, Lubis, & Aritonang, 2008).
Kurang
terpenuhinya gizi pada anak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikomotor dan mental, serta dapat menyebabkan
kekurangan sel otak sebesar 15% hingga 20% (Widodo, 2008). Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Selain itu, anak yang menderita
kurang gizi (stunted) memiliki rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan
rata-rata anak-anak yang tidak kekurangan gizi (UNICEF dalam Hadi, 2005).
B. Pengertian
Gizi
Beberapa pengertian gizi menurut para ahli yaitu :
1. Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto
(1990)
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Harry Oxorn dan William R. Forte
Gizi meliputi pengertian yang luas, tidak hanya mengenai jenis-jenis pangan
dan gunanya bagi badan melainkan juga mengenai cara-cara memperoleh serta
mengolah dan mempertimbangkan agar kita tetap sehat (Sulistyoningsih, 2011).
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian gizi
adalah komponen kimia yang terdapat dalam zat makanan yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk perkembangan dan pertumbuhan
.
C. Nutrisi
Penting Pada Balita
Beberapa
nutrisi penting yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
seperti :
1. Vitamin A, D, E, K
Vitamin ini sangat vital bagi balita.Jadi, usahakan agar asupan vitamin ini
terpenuhi setiap harinya.Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik untuk
penglihatan dan kesehatan kulit balita.Sedangkan vitamin D berperaan penting
dalam meningkatkan penyerapan kelsium serta membantu pertumbuhan tulang dan
gigi.Serta vitamin E memiliki anti oksidan yang membantu pertumbuhan system
syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K berpengaruh dalam pembekuan darah.
2. Kalsium
Mineral yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan massa tulangnya. Kalsium
sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat sehingga balita terhindar dari
patah tulang. Sumber kalsium yaitu : susu, keju, tahu, dll.
3. Vitamin B dan C
Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan system syaraf dan imun tubuh
balita, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme
tubuh.Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam tubuh balita serta mencegah sariawan.Sumber makanan yang banyak
mengandung vitamin B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan,
daging dan telur.Sementara untuk memenuhi gizi balita dengan vitamin C dapat
diperoleh dari tomat, kentang, stroberi, dan lain-lain.
4. Zat Besi
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembanga
otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan
ia akan mengalami kelambanan dalam ungsi kerja otak. Sumber makanam yang yang
mengandung zat besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayamkedelai
serta alpukat (Mustapa, Sirajuddin, & Salam, 2013).
D. Faktor Penyebab Gizi Kurang Pada Bayi
Gizi buruk
pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti berikut:
- Faktor yang pertama yaitu mengenai pengadaan bebrapa makanan yang kurang mencukupi pada suatu wilayah tertentu. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh kurangnya potensi alam ataupun kesalahan ketika mendistribusikan makanan tersebut.
- Faktor yang kedua yaitu mengenai segi kesehatan sendiri, mislanya seseorang menderita penyakit kronis terutama masalah gangguan pada sistem metabolisme/penyerapan makanan. Menurut mantan Menteri Kesehatan yaitu Dr. Siti Fadilah mengatakan bahwa ada 3 hal yang saling berkaitan terutama dalam hal gizi buruk diantaranya mengenai kemiskinan, kesempatan kerja rendah dan pendidikan yang rendah. Maka hal tersebut mengakibatkan kurangnya ketersediaa pangan di rumah tangga dan beberapa pola asuh anak yang sering keliru. Dan berakibat pada kurangnya asupan gizi pada balita dan balita tersebut akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan gizi buruk pada balita diantaranya sebagai berikut:
a.
Penyebab secara langsung : misalnya makanan yang tidak
seimbang untuk anak dan berbagai penyakit yang sering diderita oleh seorang
anak. Seorang anak yang mendapatkan makanan yang cukup tetapi dapat terserang
penyakit seperti nafsu makan berkurang, diare pada akhirnya dapat menderita
gizi buruk.
b.
Penyebab secara tidak langsung
1)
Ketahanan pangan di dalam keluarga yaitu kemampuan
keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga.
2)
Dalam pola pengasuhan anak. Misalnya dapat berupa
perilaku sang ibu ataupun pengasuhnya dalam hal merawat, memberikan kasih
sayang, memberikan makan ataupun dalam hal kebersihan. Pada dasarnya semua itu
berhubungan dengan kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, pendidikan,
pengetahuan, status gizi, pekerjaan, adat kebiasaan dari ibu dan pengasuhnya.
(Kesehatan
Gizi Anak, 2013).
E.
Penilaian dan Standar atau Alat Ukur Standar Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran langsung maupun
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung seperti :
1.
Klinis
Metode ini didsarkan atas perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan
gizi.
2.
Biokimia
Metode ini
menggunakan pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories
3.
Biofisik
Metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.
4.
Antropometri
Antropometri
merupakan pengukuran terhadap dimensi tubuh dan koposisi tubuh.Sebagai idikator
unsure gizi dapat digunakan dalam memberikan indikasi tentang kondisi social
ekonomi pendudukan dapat dilakukan dengan mengukur parameter.Kombinasi beberapa
parameter disebut indeks antropometri.Indeks antropometri yang digunakan adalah
berat badan menurut umur.
a.
Berat badan
pada masa bayi balita, berat badan dpat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan
kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak baita
adalah dacin.
b.
Umur factor
umum sangat penting dalam penentuan status gizi
Kesalahan
penentuan dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah.Cara menghitung
umur yaitu dengan menentukan tanggal, hari, bulan dan tahun anak waktu lahir
sehingga didapat umur anak.Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari
sampai 30 hari dibulatkan 1 bulan.Bila kekurangan atau kelebihan 1 hari sampai
15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan (Sulistyoningsih, 2011).
F.
Penatalaksanaan
Masalah Gizi Kurang pada bayi
1. Perlindungan terhadap Kurangan Zat Besi, Asam Folat,
dan Kekurangan Energi dan Protein Kronis pada ibu hamil
Salah satu
alternatif memotong siklus hayati kekurangan gizi jatuh pada mata rantai status
gizi dan kesehatan ibu hamil yang merupakan faktor penentu kesehatan dan gizi
generasi selanjutnya. Intervensi gizi pada masa kehamilan dapat memperbaiki
komposisi dan ukuran tubuh pada masa remaja dan dewasa kelak. Pemberian makanan
tambahan (PMT) pada ibu hamil adalah salah satu alternatif perbaikan gizi bagi
generasi berikutnya Intervensi gizi pada masa kehamilan juga dapat memberikan
tambahan atau simpanan zat gizi yang lebih baik pada ibu dan janin, misalnya
intervensi besi dapat meningkatkan simpanan besi dalam bentuk ferritin atau
haemosiderin dalam hati dan darah, seng dalam bentuk α-macroglobulin, asam
folat dalam bentuk poliglutamat, dan iodium dalam tiroid (dalam bentuk
tiroglobulin).
Simpanan ini
dapat dimanfaatkan bayi dari ASI selama masa menyusui misalnya laktoferin.
Demikian juga halnya dengan zat gizi yang meningkatkan pertumbuhan seperti
seng, yodium, vitamin A dan folat diduga memungkinkan meningkatkan cadanganya
pada bayi yang dilahirkan (Amal, 2012).
2.
Program-program Spesifik dan Sensitif
Faktor langsung dan tidak langsung diartikan sebagai faktor yang
masing-masing memerlukan intervensi yang spesifik dan intervensi sensitif.
Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 hari pertama kehidupan. Kegiatan ini pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan
balita, monitoring pertumbuhan balita di posyandu, suplemen tablet besi-folat
ibu hamil, promosi ASI eksklusif, MP-ASI dan sebagainya. Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek. Hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
Sedang intervensi Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 hari
pertama kehidupan. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan
kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan
dan perkembangan 1000 hari pertama kehidupan. Dampak kombinasi dari kegiatan
spesifik dan sensitif bersifat langgeng (sustainable) dan jangka
panjang. Beberapa kegiatan tersebut adalah penyediaan air bersih, sarana
sanitasi, berbagai penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi,
fortifikasi pangan, pendidikan dan KIE Gizi, pendidikan dan KIE Kesehatan,
kesetaraan gender, dan lain-lain.
G. Dampak Kekurangan Gizi Pada Bayi
Jika dikaji secara mendalam penyakit kekurangan gizi disebabkan karena
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu,
adanya ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan,
absorbsi, dan penyakit infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut
pada penyakit akut maupun kronik. Adapun penyakit yang dimaksud adalah:
1.
Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi
terhadap kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi
kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan salah satu dampak dari ibu hamil yang
menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai statuz gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga berdampak
serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan
dan perkembangan mental anak,serta berpengaruh pada penurunan IQ.
2.
Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu
dibahas seperti mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika
status gizi buruk tidak ditangani secara intensif maka generasi akan cenderung
mengalami gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Tapi yang paling
berpengaruh adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan mengalami
kebodohan dan isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.
3.
Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan Ibu
hamil (bumil). Tentunya selang waktu dari KEK
ini cukup lama. Karena mulai dari usia subur dengan status gizi buruk akan
berdampak pada rahimnya kemudian berdampak pada kehamilannya dan akhirnya
berdampak pada janinnya, masa persalinan sampai bayi dan anaknya yang akan
tumbuh secara terus menerus dengan disertai gangguan dan hambatan.
4.
Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau
stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah
terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini
akan mengakibatkan kematian (Mustapa et al., 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar