Kamis, 23 Oktober 2014

SISTEM INFORMASI KESEHATAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan sangat terkait dalam konotasi di pengaruhi dan dapat juga mempengaruhi aspek demografi atau kependudukan, keadaan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat termasuk pendidikan serta keadaan dan perkembangan lingkungan fisik maupun biologik (Mitasary, 2013).
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan dan usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah informasi yang valid dan akurat. Oleh karena itu pembangunan system informasi, kususnya di bidang kesehatan dewasa ini perlu semakin dimantapkan dan dikembangkan. Hal ini mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya –upaya kesehatan demi peningkatan derajat kesehata masyarakat (Akbar, 2008).
Teknologi informasi adalah teknologi yang membantu kita dalam memproses data untuk mendapatkan informasi. Teknologi informasi ini pada awalnya diperuntukan bagi tujuan dan departemen tertentu. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, saat ini penggunaannya sudah menjadi hal yang umum di perusahaan swasta di bidang perdagangan maupun jasa, seperti halnya pelayanan jasa kesehatan. Perkembangan teknologi ini sangatlah luas dan menjangkau berbagai bidang. Tapi pada akhirnya, semua itu tetap mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kecepatan, akurasi, dan kemudahan. “Growth of information technology can improve performance and enable various activities can be executed swiftly, precisely and accurate, so that finally will improve productivity. Growth of information technology show the popping out of various activity type being based on this technology, like e-government, e-commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, and other, which is all the things have electronics based” (Hendarti & Anggita, 2008).
Sistem informasi dengan apapun itu tentu sangat dibutuhkan dalam berberbagai disiplin ilmu. Perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun proses pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat (Wajirah, 2010).
Dalam Undang Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan (Susilo, 2010).
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan, masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum  terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh  diperlukan waktu yang cukup lama, terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai, terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi, Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi, Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang diambil sebagai berikut : “Bagaimana Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Di Indonesia.
C.    Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan rumah sakit di Indonesia.




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan ((Eti Murdani, 2007).
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK)  adalah integrasi antara perangkat, prosedur  dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Susilo, 2010).
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah :
1.      Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2.      Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
3.      Health worksforce (tenaga medis)
4.      Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
5.      Health information system (sistem informasi kesehatan)
6.      Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
(Wajirah, 2010)
Adapun subsistem dalam sistem informasi kesehatan secara umum meliputi :
1.      Surveilans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi lingkungan dan faktor risiko)
2.      Pelaporan rutin dari puskesmas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, gudang farmasi sampai ke praktek swasta
3.      Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertikal.
4.      Sistem administratif, meliputi sistem pembiayaan, keuangan, sistem kepegawaian, obat dan logistik, program pelatihan, penelitian dan lainlain
5.      Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun migrasi penduduk.
B.   Sistem Informasi Kesehatan di masa Depan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
2.      Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
3.      Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
4.      Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
5.      Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
6.      Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
7.      Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
8.      Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
9.      Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
10.  Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(Akbar, 2008)


C.   Dasar Hukum
1.          Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit .
2.          Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP) maka tersediannya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit.
(SIMKES Rumah Sakit, Wikipedia, ).
D.   Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
      Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1.      Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi         pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2.      Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalaM laporan rekam medis pasien.
3.      Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter,        hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4.      Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG,           USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5.      Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung     maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat     transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan lain-lain.
6.      Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.
Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporanlaporan mengenai:
                 1.      Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
                 2.      Penerimaan kasir secara periodik,
                 3.      Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien
                 4.      Rekam medis pasien,
                 5.      Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1),
                 6.      Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a),
                 7.      Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),
                 8.      Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
                 9.      Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,
             10.      Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
             11.      Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.
             12.      Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),
(Jaya, Putra, Suryadi, & Irfani, 2009)
E.    Tujuan Sistem Informasi Kesehatan
Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk :
            1.      Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
            2.      Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya penanggulangannya.
            3.      Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri.
            4.      Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.
(Buliali, Lili, & Cahyadi, 2008)
F.    Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
            Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
1.          Mendukung manajemen kesehatan.
2.          Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
3.          Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas.
4.          Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision).
5.          Mengalokasikan sumber daya secara optimal.
6.          Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi.
7.          Membantu penilaian transparansi.
(Wajirah, 2010)
8.          c
G.  Tahap-Tahap Pengembangan Sistem Informasi
Sebelum membahas tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem ada baiknya perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi pendorong suatu sistem perlu dikembangkan, dan pengertian dari pengembangan sistem itu sendiri. Pengembangan sistem (system development) dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sedangkan yang menjadi faktor-faktor pendorong pengembangan sistem adalah sebagai berikut :
1.          Permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa :
a.       Ketidakberesan, pada sistem yang lama sehingga menyebabkan sistem tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
b.      Pertumbuhan organisasi, yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, misalnya kebutuhan organisasi terhadap informasi yang semakin luas, dan volume pengolahan data semakin meningkat. Pertumbuhan organisasi ini juga menyangkut perkembangan organisasi yang semakin besar.
2.      Kesempatan-kesempatan (opportunities). Dengan semakin berkembangnya Teknologi Informasi (TI), organisasi mulai merasakan bahwa TI ini perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen.
3.      Instruksi-instruksi (directives).
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari pimpinan atau karena adanya kebijakan dari
(Jaya et al., 2009).
Tahap-tahap pengembangan sistem yaitu sebagai berikut :
1.      Studi pendahuluan (preliminary investigation) Pada tahap ini bertujuan untuk :
a.       Mengetahui masalah, peluang dan tujuan pengguna.
b.      Mengetahui ruang lingkup yang akan dikerjakan. c. Mengetahui kelayakan perencanaan proyek.
2.      Analisis masalah (problem analisis) Tujuan tahap ini adalah :
a.       Mempelajari dan menganalisis sistem yang sedang berjalan dengan menggunakan PIECES.
b.      Mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya.
3.      Analisis kebutuhan (requitment analysis) Tahap ini bertujuan untuk :
a.       Mengidentifikasi kebutuhan pengguna (data, proses, dan interface).
b. Menganalisa kebutuhan sistem.
4.      Analisis keputusan (decision analysis) Tujuan pada tahap ini adalah :
a.       Mengidentifikasi alternatif sistem.
b.      Menganalisis kelayakan alternatif sistem.
c.       Pemilihan alternatif sistem.
5.      Perancangan (design) Tujuan pada tahap ini adalah :
Merancang sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik, dengan kegiatan:
a.       Perancangan keluaran (output) Bertujuan memberikan bentuk-bentuk laporan sistem dan dokumennya.
b.      Perancangan masukan (input) Bertujuan memberikan bentuk-bentuk masukan di dokumen dan di layar ke sistem informasi.
c.       Perancangan interface Bertujuan memberikan bentuk-bentuk interface yang dibutuhkan dalam sistem informasi.
6.      Membangun sistem baru (construction) Tujuan pada tahap ini adalah :
a.       Membangun dan menguji sistem sesuai kebutuhan dan spesifikasi rancangan.
b.      Mengimplementasikan interface antara sistem baru dan sistem yang ada.
7.      Penerapan (implementation) Tahap ini bertujuan untuk menerapkan sistem yang baru termasuk dokumen dan pelatihan.
8.      Evaluasi sistem
Pengembangan suatu sistem bisa dilakukan dari nol (sama sekali sistem/aplikasi belum ada) atau bisa juga dilakukan pengembangan dari suatu sistem yang ada untuk perbaikan atau penyempurnaan. Dalam proses pengembangan, apabila sistem pernah ada (tidak dari nol), maka kita harus melakukan evaluasi terdahulu pada sistem yang pernah ada dan kemudian setelah sistem tersebut dikembangkan maka dilakukan lagi evaluasi akhir (Eti Murdani, 2007).
H.   Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain : 
1.          Faktor Pemerintah 
a.       Standar SIK belum ada sampai saat 
b.       Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 
c.        Belum ada rencana kerja SIK nasional 
d.       Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 
2.          Fragmentasi 
a.       Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat. 
b.       Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu) 
c.        Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien. 
d.       Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional. 
3.          Sumber daya masih minim 
(Buliali et al., 2008)
I.      Penatalaksanaan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
1.      Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
  1. Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
  2. Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
  3. Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
  4. Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
  5. Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
  6. Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
  7. Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
  8. Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
  9. Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(Susilo, 2010)








BAB III
ANALISIS MASALAH

1.          Permasalahan dan Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas sistem informasi kesehatan di Indonesia
Teknologi informasi adalah teknologi yang membantu kita dalam memproses data untuk mendapatkan informasi. Teknologi informasi ini pada awalnya diperuntukan bagi tujuan dan departemen tertentu. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, saat ini penggunaannya sudah menjadi hal yang umum di perusahaan swasta di bidang perdagangan maupun jasa, seperti halnya pelayanan jasa kesehatan. Perkembangan teknologi ini sangatlah luas dan menjangkau berbagai bidang. Tapi pada akhirnya, semua itu tetap mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kecepatan, akurasi, dan kemudahan. “Growth of information technology can improve performance and enable various activities can be executed swiftly, precisely and accurate, so that finally will improve productivity. Growth of information technology show the popping out of various activity type being based on this technology, like e-government, e-commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, and other, which is all the things have electronics based” (Hendarti & Anggita, 2008).
Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain : 
1.      Faktor Pemerintah 
a.       Standar SIK belum ada sampai saat 
b.      Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 
c.       Belum ada rencana kerja SIK nasional 
d.      Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 
2.          Fragmentasi 
a.       Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat. 
b.      Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu) 
c.       Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien. 
d.      Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional. 
3.          Sumber daya masih minim 
B.     Penatalaksanaan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
1.      Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
  1. Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
  2. Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
  3. Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
  4. Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
  5. Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
  6. Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
  7. Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
  8. Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
  9. Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(Susilo, 2010)







BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa system informasi merupakan salah satu system yang dapat digunakan untuk memberikan beberapa informasi data kususnya kegiatan yang di lakukan di pelayanan kesehatan sehingga data dapat dilihat secara cepat tepat dan  untuk memberikan informasi yang baik. Dengan adanya Simkes diharapkan semua data bisa terekap serta dapat di pertanggungjawabkan dengan benar.
B.     Saran
Untuk bidan maupun tenaga kesehatan lainnya, sebaiknya memperhatikan dan meningkatkan kepedulian akan sistem informasi kesehatan dalam bidangnya masing-masing. Serta untuk tetap mengukuti perkembangan informasi dan teknologi.