BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian
yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan
sangat terkait dalam konotasi di pengaruhi dan dapat juga mempengaruhi aspek
demografi atau kependudukan, keadaan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat termasuk
pendidikan serta keadaan dan perkembangan lingkungan fisik maupun biologik
(Mitasary, 2013).
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan
dan usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah informasi yang valid dan
akurat. Oleh karena itu pembangunan system informasi, kususnya di bidang
kesehatan dewasa ini perlu semakin dimantapkan dan dikembangkan. Hal ini
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya –upaya
kesehatan demi peningkatan derajat kesehata masyarakat (Akbar,
2008).
Teknologi informasi adalah teknologi yang
membantu kita dalam memproses data untuk mendapatkan informasi. Teknologi
informasi ini pada awalnya diperuntukan bagi tujuan dan departemen tertentu.
Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, saat ini penggunaannya
sudah menjadi hal yang umum di perusahaan swasta di bidang perdagangan maupun
jasa, seperti halnya pelayanan jasa kesehatan. Perkembangan teknologi ini
sangatlah luas dan menjangkau berbagai bidang. Tapi pada akhirnya, semua itu
tetap mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kecepatan,
akurasi, dan kemudahan. “Growth of
information technology can improve performance and enable various activities
can be executed swiftly, precisely and accurate, so that finally will improve
productivity. Growth of information technology show the popping out of various
activity type being based on this technology, like e-government, e-commerce,
e-education, e-medicine, e-laboratory, and other, which is all the things have
electronics based” (Hendarti
& Anggita, 2008).
Sistem informasi dengan apapun itu tentu sangat
dibutuhkan dalam berberbagai disiplin ilmu. Perkembangan informasi
teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual
menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien
pada suatu Rumah Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum
di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat,
handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien
serta lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan
untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini
seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan
metode komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun
proses pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat (Wajirah, 2010).
Dalam Undang Undang Kesehatan Nomor 23
tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen dan upaya
kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana hingga yang mutakhir
disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan dikembangkan
terutama untuk mendukung manajemen kesehatan (Susilo,
2010).
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan, masing-masing program
memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila diperlukan
informasi yang menyeluruh diperlukan
waktu yang cukup lama, terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa
memadai, terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola
dan mengembangkan sistem informasi, Masih belum membudayanya pengambilan
keputusan berdasarkan data/informasi, Belum adanya sistem pengembangan karir
bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi
petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang diambil sebagai
berikut : “Bagaimana Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Di
Indonesia.
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Sistem Informasi Pelayanan
Kesehatan rumah sakit di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan adalah
gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk
mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kinerja sistem kesehatan ((Eti Murdani, 2007).
Sistem informasi kesehatan merupakan
suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh tingkat pemerintah secara
sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara
perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus
informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan
yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada
masyarakat (Susilo, 2010).
Dalam literature
lain menyebutkan bahwa SIK adalah
suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat
pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan
salah satu dari 6 “building block”
atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan
tersebut adalah :
1.
Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2.
Medical product, vaccine, and technologies (produk
medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
3.
Health worksforce (tenaga medis)
4.
Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
5.
Health information system (sistem informasi kesehatan)
6.
Leadership and governance (kepemimpinan dan
pemerintah)
(Wajirah, 2010)
Adapun subsistem dalam sistem informasi kesehatan
secara umum meliputi :
1.
Surveilans epidemiologis (untuk penyakit menular dan
tidak menular, kondisi lingkungan dan faktor risiko)
2.
Pelaporan rutin dari puskesmas, rumah sakit,
laboratorium kesehatan daerah, gudang farmasi sampai ke praktek swasta
3.
Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria,
KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertikal.
4.
Sistem administratif, meliputi sistem pembiayaan,
keuangan, sistem kepegawaian, obat dan logistik, program pelatihan, penelitian
dan lainlain
5.
Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun migrasi penduduk.
B.
Sistem
Informasi Kesehatan di masa Depan
Dalam upaya
mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang
disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan
berbasis Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Input
pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
2.
Input data
hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
3.
Tidak ada
duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
4.
Akurat,
tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban
kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau
masyarakat.
5.
Data yang
dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke
bank data nasional (data warehouse).
6.
Laporan
diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit
pelayanan terdepan.
7.
Puskesmas
dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
8.
Petugas akan
ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
9.
Mudah
dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
10. Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem
Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(Akbar, 2008)
C.
Dasar Hukum
1.
Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana
ketentuan dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit .
2.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP) maka
tersediannya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan
umum seperti rumah sakit.
(SIMKES
Rumah Sakit, Wikipedia, ).
D.
Ruang
Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
Ruang lingkup Aplikasi Sistem
Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen
pasien (front office management). Lingkup ini antara lain sebagai
berikut:
1.
Registrasi
Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini
meliputi pendaftaran pasien
baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2.
Rawat
Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut,
kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain
sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien
agar tersimpan di dalaM laporan
rekam medis pasien.
3.
Rawat Inap.
Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter,
hubungan dengan poliklinik/penunjang
medis.
4.
Penunjang
Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG,
USG, ECHO, TREADMIL, CT
Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5.
Penagihan
dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap
dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara
langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi
harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen
deposit dan lain-lain.
6.
Apotik/Farmasi,
yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.
Melalui lingkup manajemen
pasien tersebut dapat diperoleh laporanlaporan mengenai:
1.
Pendapatan
rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2.
Penerimaan
kasir secara periodik,
3.
Tagihan dan
kwitansi pembayaran pasien
4.
Rekam medis
pasien,
5.
Data
kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1),
6.
Data
morbiditas pasien rawat inap (RL2a),
7.
Data
morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),
8.
Manajemen
ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
9.
Penerimaan
kasir pada bagian farmasi/apotik,
10.
Data
morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
11.
Grafik yang
menunjang dalam pengambilan keputusan.
12.
Data
morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),
(Jaya, Putra, Suryadi, & Irfani, 2009)
E.
Tujuan Sistem
Informasi Kesehatan
Upaya pemantapan dan pengembangan
sistem informasi kesehatan ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem
informasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan
informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan untuk :
1.
Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi
dalam rangka perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian.
2.
Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat
dini dan upaya penanggulangannya.
3.
Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri.
4.
Meningkatkan
penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.
(Buliali, Lili, & Cahyadi, 2008)
F.
Manfaat Sistem
Informasi Kesehatan
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para
pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di
semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan
sistem dalam hal berikut :
1.
Mendukung manajemen kesehatan.
2.
Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
3.
Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan
prioritas.
4.
Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan
kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision).
5.
Mengalokasikan sumber daya secara optimal.
6.
Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi.
7.
Membantu penilaian transparansi.
(Wajirah, 2010)
8.
c
G.
Tahap-Tahap
Pengembangan Sistem Informasi
Sebelum membahas tahapan-tahapan
dalam pengembangan sistem ada baiknya perlu diketahui faktor-faktor yang
menjadi pendorong suatu sistem perlu dikembangkan, dan pengertian dari
pengembangan sistem itu sendiri. Pengembangan sistem (system development) dapat
berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama
secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sedangkan yang
menjadi faktor-faktor pendorong pengembangan sistem adalah sebagai berikut :
1.
Permasalahan-permasalahan (problems)
yang timbul di sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa :
a. Ketidakberesan,
pada sistem yang lama sehingga menyebabkan sistem tidak dapat beroperasi sesuai
dengan yang diharapkan.
b. Pertumbuhan
organisasi, yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, misalnya
kebutuhan organisasi terhadap informasi yang semakin luas, dan volume
pengolahan data semakin meningkat. Pertumbuhan organisasi ini juga menyangkut
perkembangan organisasi yang semakin besar.
2.
Kesempatan-kesempatan (opportunities).
Dengan semakin berkembangnya Teknologi Informasi (TI), organisasi mulai
merasakan bahwa TI ini perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi
sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen.
3.
Instruksi-instruksi (directives).
Penyusunan
sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari
pimpinan atau karena adanya kebijakan dari
(Jaya et al., 2009).
Tahap-tahap pengembangan sistem yaitu
sebagai berikut :
1.
Studi pendahuluan (preliminary
investigation) Pada tahap ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui
masalah, peluang dan tujuan pengguna.
b. Mengetahui
ruang lingkup yang akan dikerjakan. c. Mengetahui kelayakan perencanaan proyek.
2.
Analisis masalah (problem analisis)
Tujuan tahap ini adalah :
a. Mempelajari
dan menganalisis sistem yang sedang berjalan dengan menggunakan PIECES.
b. Mengidentifikasi
masalah dan mencari solusinya.
3.
Analisis kebutuhan (requitment analysis)
Tahap ini bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi
kebutuhan pengguna (data, proses, dan interface).
b.
Menganalisa kebutuhan sistem.
4.
Analisis keputusan (decision analysis)
Tujuan pada tahap ini adalah :
a. Mengidentifikasi
alternatif sistem.
b. Menganalisis
kelayakan alternatif sistem.
c. Pemilihan
alternatif sistem.
5.
Perancangan (design) Tujuan pada tahap
ini adalah :
Merancang
sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, yang
diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik, dengan kegiatan:
a. Perancangan
keluaran (output) Bertujuan memberikan bentuk-bentuk laporan sistem dan
dokumennya.
b. Perancangan
masukan (input) Bertujuan memberikan bentuk-bentuk masukan di dokumen dan di
layar ke sistem informasi.
c. Perancangan
interface Bertujuan memberikan bentuk-bentuk interface yang dibutuhkan dalam
sistem informasi.
6.
Membangun sistem baru (construction)
Tujuan pada tahap ini adalah :
a. Membangun
dan menguji sistem sesuai kebutuhan dan spesifikasi rancangan.
b. Mengimplementasikan
interface antara sistem baru dan sistem yang ada.
7.
Penerapan (implementation) Tahap ini
bertujuan untuk menerapkan sistem yang baru termasuk dokumen dan pelatihan.
8.
Evaluasi sistem
Pengembangan suatu sistem bisa dilakukan dari nol
(sama sekali sistem/aplikasi belum ada) atau bisa juga dilakukan pengembangan
dari suatu sistem yang ada untuk perbaikan atau penyempurnaan. Dalam proses pengembangan,
apabila sistem pernah ada (tidak dari nol), maka kita harus melakukan evaluasi
terdahulu pada sistem yang pernah ada dan kemudian setelah sistem tersebut
dikembangkan maka dilakukan lagi evaluasi akhir (Eti Murdani, 2007).
H.
Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di
Indonesia
Permasalahan mendasar Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
1.
Faktor Pemerintah
a.
Standar SIK belum ada sampai saat
b.
Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
c.
Belum ada rencana kerja SIK nasional
d.
Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak
seragam
2.
Fragmentasi
a.
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua
jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi
duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan
pusat.
b.
Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak
hambatan dan tidak tepat waktu)
c.
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas
harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR sehingga
beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak
efektif dan tidak efisien.
d.
Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan
belum standar secara nasional.
3.
Sumber daya masih minim
(Buliali et al., 2008)
I. Penatalaksanaan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi
data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi
Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik
atau computerized.
- Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
- Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
- Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
- Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
- Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
- Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
- Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
- Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
- Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(Susilo, 2010)
BAB III
ANALISIS MASALAH
1.
Permasalahan
dan Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas sistem informasi kesehatan di Indonesia
Teknologi informasi adalah teknologi yang membantu
kita dalam memproses data untuk mendapatkan informasi. Teknologi informasi ini
pada awalnya diperuntukan bagi tujuan dan departemen tertentu. Namun, dengan
semakin berkembangnya teknologi informasi, saat ini penggunaannya sudah menjadi
hal yang umum di perusahaan swasta di bidang perdagangan maupun jasa, seperti
halnya pelayanan jasa kesehatan. Perkembangan teknologi ini sangatlah luas dan
menjangkau berbagai bidang. Tapi pada akhirnya, semua itu tetap mengarah pada
satu tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kecepatan, akurasi, dan kemudahan. “Growth of information technology can
improve performance and enable various activities can be executed swiftly,
precisely and accurate, so that finally will improve productivity. Growth of
information technology show the popping out of various activity type being
based on this technology, like e-government, e-commerce, e-education,
e-medicine, e-laboratory, and other, which is all the things have electronics
based” (Hendarti
& Anggita, 2008).
Permasalahan mendasar Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
1.
Faktor Pemerintah
a.
Standar SIK belum ada sampai saat
b.
Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
c.
Belum ada rencana kerja SIK nasional
d.
Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak
seragam
2.
Fragmentasi
a.
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua
jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi
duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan
pusat.
b. Kesenjangan
aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
c. Hasil
penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300
laporan dan ada 8 macam software RR sehingga beban administrasi dan beban
petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien.
d.
Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan
belum standar secara nasional.
3.
Sumber daya masih minim
B. Penatalaksanaan
Dalam upaya mengatasi fragmentasi
data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi
Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik
atau computerized.
- Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan).
- Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
- Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat.
- Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
- Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
- Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
- Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik.
- Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
- Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
(Susilo, 2010)
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat
di simpulkan bahwa system informasi merupakan salah satu system yang dapat
digunakan untuk memberikan beberapa informasi data kususnya kegiatan yang di
lakukan di pelayanan kesehatan sehingga data dapat dilihat secara cepat tepat dan
untuk memberikan informasi yang baik. Dengan adanya Simkes diharapkan semua
data bisa terekap serta dapat di pertanggungjawabkan dengan benar.
B.
Saran
Untuk
bidan maupun tenaga kesehatan lainnya, sebaiknya memperhatikan dan meningkatkan
kepedulian akan sistem informasi kesehatan dalam bidangnya masing-masing. Serta
untuk tetap mengukuti perkembangan informasi dan teknologi.