Senin, 21 September 2015

E-Learning dalam Kebidanan




1.      Pengetian E-Learning
E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang memanfaatkan teknologi informasi, jaringan komputer dan internet. Pembelajaran berbasis e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer tanpa harus mengikuti pelajaran di kelas. E-learning sering dipahami sebagai bentuk pembelajaran berbasis web. Materi pembelajaran berbasis e-learning tidak semua didistribusikan secara on-line melalui internet, tetapi secara off line menggunakan media compact disk (CD) atau digital video disk (DVD). Beberapa pengertian yang berkaitan dengan e-learning adalah pembelajaran jarak jauh, sistem pendidikan jarak jauh, aplikasi pendidikan jarak jauh, pembelajaran dengan komputer, pembelajaran formal atau informal dan pembelajaran yang didukung oleh para ahli.
a.       Pendidikan jarak jauh
Ciri-ciri pendidikan jarak jauh (distance learning) sebagai berikut:
1)      Sistem pendidikan yang pelaksanaannya memisahkan antara pendidik dan peserta didik. Sistem ini terpisah karena faktor jarak, waktu atau kombinasi dari keduanya.
2)      Penyampaian materi pembelajaran dilaksanakan dengan bantuan media e-learning, seperti media elektronik (audio dan video).
3)      Materi pembelajaran bersifat “mandiri”, untuk e-learning atau online course materinya disajikan dan disimpan dalam komputer
4)      Komunikasi dua arah, artinya secara langsung (synchronuous) dan secara tidak langsung (asynchronuous)
5)      Sistem pembelajaran dilakukan secara sistematik (terstruktur), teratur dalam kurun waktu tertentu tetapi kadang-kadang dilakukan pertemuan antara pendidik dan peserta didik, baik dalam forum diskusi, tutorial atau pertemuan tatap muka.
6)      Peran pendidik lebih bersifat “fasilitator”, peserta didik sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran. Pendidikan dituntut untuk menciptakan metode pengajaran yang baik, menyajikan materi pembelajaran yang menarik, sementara peserta didik dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembejaran.
b.      Sistem pendidikan jarak jauh
Pembangunan sistem pendidikan jarak jauh perlu memperhatikan disain dan pengembangan sistem yang interactivity, active learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif.
1)      Interactivity, merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik antara peserta didik dan lingkungan pendidikan.
2)      Active learning merupakan partisipasi aktif peserta didik dalam mendapat materi pembelajaran yang akan dipelajari
3)      Visual imagery merupakan pembelajaran  yang dapat memberikan motivasi dan merangsang keinginan peserta didik.
4)      Komunikasi yang efektif merupakan desain instruksional dengan memahami harapan pemakai dan mengenalnya sebagai individu yang memiliki pandangan berbeda
c.       Aplikasi pendidikan jarak jauh
Secara umum aplikasi pendidikan ini dibagi menjadi synchronous system dan asynchronous system.
1)      synchronous system merupakan aplikasi yang berjalan berdasarkan waktu nyata, yaitu seluruh pemakai dapat berkomunikasi dalam waktu yang sama melalui chatting dan video conference.
2)      asynchronous system, yaitu seluruh pemakai dapat mengakses sistem dan melakukan komunikasi antar pemakai sesuai waktu masing-masing melalui e-mail.
d.      Pembelajaran Berbasis Komputer
Pembelajaran berbasis e-learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer yang ada. Perangkat komputer dilengkapi dengan multimedia, CD Drive, dan koneksi internet. Perangkat komputer pribadi yang terkoneksi dengan internet dapat berpartisipasi dalam pembelajaran berbasis e-learning, dan peserta didik tidak dibatasi oleh kapasitas kelas.
e.       Pembelajaran Formal versus informal
f.       Pembelajaran didukung oleh para ahli
g.      Collaboration
(Yakub & Hisbanarto, 2014)
Pembelajaran kontemporer menuntut peserta didik lebih berperan aktif dalam menggali dan mengembangkan pengetahuan. Aktivitas peserta didik merupakan inti dari proses pembelajaran di masa depan. Dengan demikian, posisi guru dalam sistem pembelajaran kontemporer lebih banyak sebagai fasilitator daripada sebagai instruktur. Kecenderungan perubahan posisi peserta didik dan peran guru tersebut mengakibatkan adanya suatu perubahan paradigma pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik menjadi orang yang dapat belajar secara mandiri (independent leaners) (Yaniawati, 2012).
Istilah e-learning tergolong tergolong sesuatu yang baru, actual dalam perkembangan pendidikan. Istilah e-learning muncul dengan seiring perkembangan kemajuan dunia elektronika dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia sekarang ini, terutama teknologi internet dan teknologi yang berbasiskan computer sebagai alat pengolah data dan informasi.
Istilah e-learning juga muncul seiring dengan munculnya istolah-istilah e-e yang lain, seperti : E-Government (strategi pembangunan dan pengembangan system pelayanan public berbasis teknologi digital), E-Tendering, dan lainlain. E-learning sendiri atau Elektronik Learning sudah ada sejak tahun 1970.
Secara filosifis e-learning dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
b.      E-learning menyajikan seperangkat alat, teknologi yang dapat memperkaya nilai belajar sehingga dapat menjawab tantangan era globolisasi.
c.       E-learning tidak berarti menggantikan model konvensional belajar didalam kelas, tapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan.
d.      E-learning memungkinkan proses pembelajaran yang fleksibel tanpa terbatas oleh waktu, tempat, dan jarak.
(Yaniawati, 2012)
2.      Prinsip media dalam e-learning
a.       Prinsip multimedia
Menambahkan grafik kedalam teks meningkatkan kegiatan belajar. Yang dimaksud dengan grafik disini adalah gambar diam (garis, sketsa, diagram, foto) dan gambar bergerak (animasi dan video). Grafik yang ditambahkan kedalam teks sebaiknya yang selaras dengan pesan yang disampaikan dalam teks.
b.      Prinsip Contiguity (kedekatan)
Menempatkan teks didekat grafik meningkatkan kegiatan belajar. Contiguity merujuk pada susunan teks dan grafik pada layar. Seringkali dalam susunan materi e-learning, grafik disimpan pada bagian atas atau bawah teks sehingga teks dan grafik tidak bisa dilihat dalan satu layar, atau teks dan grafik tidak dapat dilihat secara bersamaan. Ini merupakan pelanggaran yang umum terjadi terhadap prinsip contiguity, yang menyatakan sebaiknya grafik dan teks yang bersesuaian diletakan berdekatan.
c.       Prinsip modality
Menjelaskan grafik dengan suara meningkatkan kegiatan belajar. Prinsip ini terutama berlaku untuk animasi atau visualisasi kompleks dalam suatu topic yang relative kompleks dan belum dikenal oleh peserta didik.
d.      Prinsip Redundancy (kelebihan)
Menjelaskan grafik dengan suara dan teks yang berlebihan dapat merusak kegiatan belajar. Banyak program e-learning yang menyajikan kata-kata dalam teks dan suara yang membaca teks. Banyak hasil riset yang mengindikasikan bahwa kegiatan belajar terganggu ketuka sebuah grafik dijelaskan melalui kombinasi teks dan narasi yang membaca teks.
e.       Prinsip Coherence (kesesuaian)
Menggunakan visualisasi, teks, dan suara yang tidak berhubungan (sembarangan) dapat merusak kegiatan belajar. Dalam banyak mwebsite e-learning sering ditemukan penambahan-penambahan yang tidak perlu, misalnya penambahan games, music latar, dan ikon-ikon tokoh kartun terkenal. Penambahan-penambahan ini selain tidak meningkatkan kegiatan belajar, juga dapat merusak kegiatan belajar itu sendiri.
f.       Prinsip Personalisasi
Menggunakan bentuk percakapan dan gaya-gaya pedagogis dapat meningkatkan kegiatan belajar. Sejumlah penelitian yang dirangkum oleh Byron Reeves dan Clifford dalam bukunya, The Media Equation, menunjukan bahwa seseorang memberikan respon terhadap koputer seperti ketika ia memberikan respon kepada orang lain.
(Baban, 2008)
3.      Manfaat E-Learning Secara Umum
Beberapa manfaat e-learning secara umum adalah sebagai berikut :
a.       Fleksibilitas.
e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat. Untuk mengakses pelajaran siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning.
b.      Independent Learning
E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, narasumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu.
c.       Biaya.
Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan elearning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar.

4.      Kelebihan dan kekurangan e-learning
Dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang konvensional/ tradisional, e-learning memang memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a.       E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis (dalam kasus tertentu)
b.      E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/ materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
c.       Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Kehadiran guru tidak mutlak diperlukan.
Namun disamping itu e-learning juga mempunyai beberapa kelemahan yang cenderung kurang menguntungkan baik bagi guru, diantaranya :
1.      Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun e-learning ini.
2.      Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
3.      Keterbatasan jumlah computer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan e-learning.
4.      Bagi orang yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
(Baban, 2008).





Desain SIMPT E-Learning di Akbid
1.      Purpose
Sistem informasi e-learning yang dikembangkan mempunyai tujuan untuk memberikan kemudahan dalam pertukaran informasi antara kampus dengan siswa.  Pertukaran informasi yang dimaksud adalah materi, nilai tugas, nilai ujian, pengumuman dan jadwal perkuliahan.
2.      Alur/Prosedur Kerja
a.       Administrator
Administrator merancang informasi yang akan disampaikan dalam proses e-learning termasuk ...



b.      Dosen
Para dosen dapat mengapload materi kuliah, tugas kuliah dan mengapload nilai ujian mahasiswa secara onlien.

c.       Mahasiswa
Dalam sistem ini mahasiswa dapat memilih katalog mata kuliah, melihat materi kuliah, melihat tugas, mengapload tugas secara online.



3.      Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola e-learning akademi kebidanan Kita bersama sebanyak 2 ahli IT yang memiliki latar belakang pendidikan Tehnologi Informasi.
4.      Pengguna
a.       Pengguna langsung adalah  dosen, mahasiswa, administrator
b.      Pengguna tidak langsung adalah orang tua dan masyarakat yang ingin  mengetahui tentang informasi terkait nilai mahasiswa, jadwal perkuliahan di akademi kebidanan

Jumat, 04 September 2015

Perencanaan Kelahiran



1.      Perencanaan Kelahiran
Perencanaan kelahiran yang baik, sebaiknya di mulai dari kelas Antenatal sampai asuhan pada neonatal. Pelayanan antenatal yang baik yaitu pelayanan antenatal secara terpadu dimana pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu secara komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Adapun tujuan dari antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Selain itu antenatal terpadu juga bertujuan:
a.       Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
b.      Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
c.       Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
d.      Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin.
e.       Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
(Kemenkes, 2010).
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan khususnya bidan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.
Sesuai dengan tujuan dari ANC terpadu, maka program yang dapat disusun yaitu penerapan ANC terpadu di setiap Puskesmas dan jaringannya karena sebagian besar Puskesmas di Indonesia belum menerapkan ANC Terpadu. Adapun alasan mengapa program ini harus digalakkan karena pada program ANC terpadu telah memenuhi semua indikator yang dibutuhkan ibu hamil dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat;
b.       Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
c.       Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d.      Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
e.       Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.
f.       Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a.       Timbang berat badan
b.      Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
c.       Ukur tekanan darah
d.      Ukur tinggi fundus uteri
e.       Hitung denyut jantung janin (DJJ)
f.       Tentukan presentasi janin;
g.      Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
h.      Beri tablet tambah darah (tablet besi)
i.        Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
Pemeriksaan golongan darah,
1)      Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
2)      Pemeriksaan protein dalam urin
3)      Pemeriksaan kadar gula darah
4)      Pemeriksaan darah Malaria
5)      Pemeriksaan tes Sifilis
6)      Pemeriksaan HIV
7)      Pemeriksaan BTA
j.        Tatalaksana/penanganan Kasus
k.      KIE Efektif
Selain itu dibutuhkan interprofesional education dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien karena untuk mencapai derajat kesehatan ibu dibutuhkan kerja sama antar tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Masalah medis dapat ditangani oleh tim terbaik interprofessional. Pelatihan penyedia layanan kesehatan di masa depan untuk bekerja dalam tim tersebut akan membantu memfasilitasi model ini menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik bagi pasien (Bridges et al. 2011).
Dalam penerapan ANC Terpadu tentunya dibutuhkan sosialisasi ke seluruh profesi kesehatan dan tatanan pelayanan kesehatan serta pembentukan kebijakan seperti mengharuskan seluruh tatanan pelayanan kesehatan menerapkan ANC terpadu di tempat mereka.
Proses evaluasi program ANC terpadu yang akan diterapkan akan dilakukan secara berkala dengan pelaporan rutin setiap bulannya, yang mana sistem pelaporan ini sebenarnya telah dilakukan melalui PWSKIA akan tetapi belum berjalan secara maksimal karena jika terjadi pelaksanaan kesehatan ibu dan yang dibawah target tidak dilakukan interpensi secara tepat sehingga derajat kesehatan ibu dan anak masih dibawah rata-rata. Oleh sebab itu selain mewajibkan penerapan ANC terpadu, pelaporan setiap bulan perlu evaluasi dan interpensi yang jelas melalui analisis penyebab masalah oleh tenaga kesehatan di setiap layanan kesehatan.